Pengertian Tasawuf
Secara etimologis, ilmu Tasawuf banyak diartikan oleh para ahli,
sebagian menyatakan bahwa kata tasawuf berasal dari kata shuffah yang
berarti serambi masjid nabawi yang didiami oleh sebagian sahabat anshar, ada
pula yang mengatakan berasal dari kata shaf yang berarti barisan, shafa
yang berarti bersih atau jernih dan shufanah yakni nama kayu yang
bertahan di padang pasir[1].
Adapun tentang definisi tasawuf
(sufi) yang dikemukakan oleh sejumlah tokoh sufi, diantaranya adalah sebagai
berikut:[2]
1.
Bisyri bin Haris mengatakan bahwa Tasawuf adalah orang yang
suci hatinya menghadap Allah SWT.
2.
Sahl at-Tustari : orang yang bersih dari kekeruhan, penuh
dengan renungan, putus hubungan dengan manusia dalam menghadap Allah, baginya
tiada beda antara harga emas dan pasir.
3.
Al-Junaid al-Baghdadi (Wafat 298 H): membersihkan hati dari
sifat yang menyamai binatang, menekan sifat basyariah (kemanusiaan),
menjauhi hawa nafsu, berpegang pada ilmu kebenaran dan mengikuti syari’at
Rasulullah Saw.
4.
Abu Qasim Abdul Karim
al-Qusyairi: menjabarkan ajaran-ajaram Al-Qur’an dan Sunnah, berjuang mengendalikan
nafsu, menjauhi perbuatan bid’ah, mengendalikan syahwat dan menghindari sifat
meringankan terhadap ibadah.
5.
Abu Yazid al-Bustami: melepaskan diri dari perbuatan
tercela, menghiasi diri dengan akhlak yang terpuji dan mendekatkan diri kepada
Allah.
6.
Ma’ruf al-Karkhi(Wafat 200 H): mengambil hakikat dan Tamak dari apa yang ada dalam
genggaman tangan makhluk.
Jika menelaah beberapa pengertian diatas, pengertian tasawuf tampaknya
bermakna bervariasi, hal ini dikarenakan perilaku dan status spiritual (Maqam)
yang berbeda dan dominan dalam diri mereka, seperti tawakkal, cinta kasih dan
rambu-rambu spiritual yang menjadi pengantar ke hadirat Tuhan semesta alam.[3]
Al-Thusi (w. 378 H) melansir beberapa definisi tasawuf di dalam kitabnya
yang monumental al-Luma’, seolah-olah betapa sulitnya memberikan definisi yang
bersifat jami’ mani’.
Definisi bisa disarikan dalam karakteristik Sufi yang disebutkan oleh
al-Thusi. Beliau mengatakan bahwa sufi adalah orang alim yang mengenal Allah
dan hukum-hukum Allah, mengamalkan apa yang diajarkan, menghayati apa yang
diperintahkan, merasakan apa yang mereka hayati dan melebur dengan yang mereka
rasakan[4].
Dari paparan al-Thusi diatas, dapat dirumuskan bahwa Tasawuf memuat dan
mengandung setidaknya lima unsur, yaitu Ilmu (Pengetahuan), Amal (Pelaksanaan),
Tahaqquq (Penghayatan), Wajd (Perasaan) dan Fana’
(Peleburan)[5].
[2] Permadi, Pengantar Ilmu Tasawuf , Jakarta,2004, hal.28
[3] Moenir Nahrowi Tohir, menjelajahi eksistensi tasawuf : Meniti Jalan Menuju Tuhan,Jakarta,2012, hal 3.
[4]Ibid, Hal 4.
[5] Ibid
Comments
Post a Comment